dmstand.org - Pandemi COVID-19 memaksa banyak perusahaan beradaptasi tentang banyak hal, termasuk munculnya kebiasaan-kebiasaan baru.
Dulu kita mengadakan rapat di sebuah ruangan dengan 10 karyawan. Kini kita cukup mengadakan rapat secara digital. Dulu kita masih mengadakan meeting dengan klien di sebuah cafe, kini kita harus menjalankan pembatasan sosial.
Tidak ada yang berharap COVID-19 datang, namun toh kita harus hidup dengannya sekarang, sekaligus beradaptasi dengan situasi yang baru.
Nah, apa saja perubahan di era pandemi yang mesti dipahami para digital marketers?
Memahami Iklan dan Perubahan Perilaku Pengguna Web
Sebagian besar orang mengurung diri di rumah. Karena itu kita bisa mengasumsikan ada kenaikan pengguna internet. Dan ini memang benar. Selama Januari - Maret, misalnya, tercatat kenaikan pengguna internet sejumlah 19,7%, menurut data Emarketer.
Meski ada peningkatan pengguna internet, bukan berarti terjadi konversi (pembelian) digital dalam jumlah besar pula. Tetapi memang ada peningkatan penjualan untuk beberapa macam komoditas seperti piyama dan baju santai, serta produk hiburan dan home gaming. Sederhananya, produk-produk tersebut cenderung lebih banyak dicari.
Budget iklan tentu akan lebih efektif bila Anda menghabiskannya untuk mempromosikan produk-produk seperti disebut di atas. Lalu di ranah Search Engine Marketing juga ada perubahan di mana iklan yang mengandung istilah coronavirus atau COVID-19 akan ditekan habis-habisan oleh Google. Di sinilah tim kreatif yang bertanggung jawab dengan penggunaan kata kunci dan ad copy harus waspada.
Iklan bukan hanya iklan berbasis Google. Namun ada juga iklan berbasis media sosial. Di Facebook, harga slot iklan semakin murah, dan disaat bersamaan masih ada sekelompok orang yang menghabiskan uangnya untuk membeli bahan makanan, peralatan rumah tangga, dan hiburan.
Jadi kalau Anda berniat menghabiskan budget beriklan di media sosial, pastikan Anda mampu memenuhi permintaan layanan maupun produk yang dicari banyak orang.
Kita lihat bahwa digital marketing memang mesti disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Budget mesti dibuat lebih efektif, agar iklan Anda tidak cuma tepat sasaran, namun mampu berkonversi dengan angka yang lebih besar.
Google sendiri sempat berbagi lima panduan kampanye digital yang sebaiknya dijalankan oleh para pelaku pemasaran digital selama pandemi. Bunyinya sebagai berikut:
Perhatikan Konteks
Dampak yang ditimbulkan COVID-19 berbeda dari satu negara kenegara yang lain. Seorang pemasar digital mesti memahami hal ini dulu sebelum membuat keputusan apapun terkait dengan pemasaran digital.
Boleh jadi satu produk sangat laku di satu wilayah, sementara produk yang sama tidak laku dijual di wilayah lain, walaupun Anda sudah menghabiskan budget iklan yang besar untuk itu.
Ketika itu terjadi, Anda harus bereksperimen dengan banyak hal dan mengambil keputusan sesuai dengan konteks yang dihadapi.
Baca Juga : TikTok dan Digital Marketing : Satu Media Sosial Untuk Kanal Pemasaran Millenial
Mengubah Prioritas di Tengah Ketidakpastian
Di tengah ketidakpastian, Google menyarankan brand supaya mengubah prioritas digital marketing, dari yang tadinya sekadar berjualan, menjadi advokasi.
Brand bisa melakukannya dengan cara mengajak konsumen atau calon pelanggan supaya tidak lupa untuk meningkatkan kualitas hidup mereka selama masa karantina. Sederhananya, brand sebaiknya memandu konsumen untuk menyadari kebutuhan paling penting di masa pandemi: kesehatan pribadi.
Evaluasi Terus Menerus
Perubahan di era pandemi bakal terjadi terus-menerus. Karena itulah kampanye iklan dan teknik pemasaran harus terus-menerus berubah juga. Keputusan yang diambil dua minggu yang lalu mungkin tidak bisa lagi diterapkan sekarang.
Karena itulah dii tengah situasi krisis kesehatan seperti sekarang, brand harus selalu mengevaluasi seluruh metode pemasaran, mulai dari penggunaan iklan, media sosial, iklan video, email marketing, dan lain sebagainya.
Pertimbangkan Perubahan Kreatif
Di tengah kondisi perlunya evaluasi terus-menerus, seluruh elemen kreatif juga harus terus-menerus berubah. Karena itulah brand harus selalu mengevaluasi pesan yang disampaikan lewat kanal-kanal digital - mulai dari copy, kata kunci, penempatan media, elemen visual yang digunakan, sampai tone pesan.
Contohnya: Anda tidak bisa lagi menggunakan tone humor untuk kampanye pemasaran di tengah pandemi.
Memberikan Kontribusi dan Bantuan Setiap Kali Ada Kesempatan
Di tengah pandemi, ada banyak kesempatan terbuka untuk meningkatkan kreatifitas dan melakukan inovasi, dengan tujuan untuk membantu konsumen, pengambil kebijakan, serta partner bisnis.
Karena itulah seorang digital marketers sebaiknya ikut mengevaluasi kepemilikan aset digital, kemudian mempertimbangkan apakah setiap aset brand bisa ikut mendukung advokasi kesehatan, kegiatan donasi, atau bahkan ikut menyebarkan pesan kesehatan.
Kesimpulan: Bukan Cuma Fokus Pada Strategi
Di era krisis kesehatan yang diakibatkan pandemi COVID-19, tuntutan bagi brand bukan hanya soal merumuskan strategi yang tidak biasa. Lebih dari itu, sebuah brand juga perlu mengedukasi konsumennya dengan cara mempengaruhi pembeli untuk lebih peduli kepada kesehatan pribadi dan keluarga.